Tahapan psikoseksual yang harus dilalui seorang anak menurut Sigmund freud terbagi dalam 4 fase, yaitu fase oral, fase anal, fase phallus, dan fase laten.
a. Fase Oral
Fase oral adalah fase seorang anak mendapatkan perasaan nikmat melalui mulutnya, yaitu ketika sedang menyusu dan mengisap air susu melalui putting susu ibunya. Fase ini dimulai sejak bayi hingga usia antara 1-2 tahun. Pada usia ini seorang anak terlihat sangat antusias memasukkan apa saja kedalam mulutnya. Hal itu merupakan tahap awal pemenuhan dari perkembangan psikoseksual dalam dirinya.
b. Fase Anal
Pada fase anal, kenikmatan yang dirasakannya berubah dari mulut ke daerah anus dan sekitarnya (seperti saluran kencing). Rasa nikmat yang puas dirasakan ketika anak sedang menahan kencing dan buang air besar. Fase ini dumulai pada saat anak berusia 2-4 tahun.
c. Fase Phallus
Selanjutnya, perubahan yang dirasakannya turun kebagian alat kelaminnya. Fase phallus ini berlangsung pada saat anak memasuki usia 4-6 tahun. Rasa nikmat yang dirasakan berlangsung ketika alat kelaminnya mengalami sentuhan atau rabaan. Bahkan, ada beberapa anak pada fase ini yang dengan sengaja menyentuh alat kelaminnya untuk mencapai orgasme (tentu saja tidak disertai ejakulasi).
d. Fase Laten
Sampailah kita pada fase laten yang berlangsung pada usia sekolah. Fase laten ini terbagi menjadi 2 bagian sebagai berikut.
1. Pada bagian awal
Pada bagian ini seorang anak sudah tidak lagi memperhatikan kenikmatan yang pernah dirasakan pada alat kelaminnya, bahkan cenderung seperti melupakan kejadian tersebut.
2. Bagian akhir
Begitu memasuki bagian akhir dari masa leten, seorang anak mulai menunjukkan kembali kenikmatan yang dirasakannya melalui kelaminnya. Karena pada saat memasuki fase ini usia anak telah beranjak dewasa, dorongan seksual, perasaan cinta, dan ketertarikannya pada lawan jenis mulai tumbuh. Jadi, perhatian anak beralih kepada alat kelaminnya adalah hal yang wajar.
Walaupun orangtua tidak sepenuhnya memberikan pendidikan seks yang jelas dan benar kepada anak-anaknya, secara disengaja atau tidak, seorang anak telah mengawali tahap kehidupan seksualnya sendiri, yang didapat melalui berbagai pertanyaan, permainan, dan dari lingkungan sekitarnya. Pertanyaan pertama yang dilontarkan oleh seorang anak biasanya tentang perbedaan anggota tubuh laki-laki dan perempuan. Seorang anak perempuan akan bertanya kepada orngtuanya, mengpa bentuk tuhh
Tubuhnya berbeda dengan kakak lelakinya. Dalam hal ini, orang tua harus mempunyai kepekaan yang tajam terhadap pikiran-pikiran yang ada dalam benak anak tersebut. Pada tahap ini, seorang anak biasanya lebih merisaukan keadaan tubuhnya darpada rasa keingintahuannya. Bias saja pikiran anak tadi menjadikan dirinya tidak merasa dicintai oleh orangtuanya karena tidak memiliki bentuk tubuh seperti kaka lelakinya. Biasanya, pertanyaan seperti itu muncul lebih awal karena si anak sendiri sering melihat ketelanjangn anggota keluarga atau teman-temannya. Sebaiknya seorang anak dihindarkan dari ketelanjangan orngtuanya. Hubungan yang terjadi antara orangtua dan anak adilandasi rasa kekaguman tersebut, tidak diragukan lagi nilai kekaguman dan hormat kepada orangtuanya akan semakin ilang.
Pertanyaan yang sering muncul dalam benak si anak adalah tentang darimana seorang bayi berasal. Sebagian anak berpendapat, bayi yang baru lahir merupakan pemberian Tuhan yang akan diberikan kepada seseorang jika orang itu berbuat b kebaikan. Beberapa anak berpendapat, bayi tersebut dibeli leh orangtuanya dari took denganh harga yang mahal. Masih banyak pendapat-pendapat yang diberikan oleh anak-anak tersebu, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwadisini tidak ditemukan adanya pendidikan seks yang sebenarnya. Para orangtua lebih cenderung menganggap ringan masalah pendidikan seks. Mereka lebih mempercayai lembaga sekolah atau institusi yang terkait untuk menyampaikan pendiikan seks kepada anak-anaknya. Padahal. Pendidikan seks yang diberikkan oleh sekolah hanya bertujuan unntuk menduung upaya orangtua dalam membimbing anak-anak mereka mereka tentang seksualitas. Program yang ditawarkan hanya sebatas memberikan informasi, mengajukan pertanyaan seputar seks, mengadakan diskusi tentang kegiatan seksual, dan cara pengambilan keputusan. Jadi, pada kenyataannya, komunikasi yang baik dan terbuka antara anak dan kedua orangtuanyalah yang sangatefektif untuk memulai mengatasi persoalan ini. Namun, pendapat yang sudah terbentuk dalam pikiran si anak tentang pertanyaan-peertanyaan di atas, sebenarny bukan hanya salah orangtua, guru, ataupun orang terdekatnya dalam memberikan jawaban keapada si anak. Pendapat-pendapat itu juga dapat terbentuk dari daya khayal sang anak tentang anggota keluarga dan dirinya sendiri.
Title : Tahapan Perkembangan Seks Anak
Description : Tahapan psikoseksual yang harus dilalui seorang anak menurut Sigmund freud terbagi dalam 4 fase, yaitu fase oral, fase anal, fase phallus, d...